Menunggu Novel Perdana
Menunggu adalah perbuatan yang sangat membosankan. Mungkin itu pepatah yang pas untukku saat ini. Menunggu. Ya, menunggu. Dan benar saja. Semakin lama menunggu aku sudah semakin bosan. Aku ingin sekali melihat novel perdanaku yang sudah tanda tangan kontrak dengan sebuah penerbit yang ada di Yogyakarta. Yang royaltinya bahkan sudah habis namun buku (novel fiksi islami remaja dan umum) yang kutulis belum ada tanda-tanda akan terbit.
Sebenarnya itu hal biasa, mungkin bagi penulis-penulis pemula seperti saya. Namun, keinginan agar karyaku cepat dibaca dan dikenal publik sangatlah kuat, hingga untuk menjawab pertanyan ’kapan Yes novelmu terbit? Sudah ada di Gramedia, Salemba dan lainnya belum?’ Aku hanya tersenyum dengan sebuah jawaban yang aku sendiri sudah bosan mengucapkannya. ”Masih nunggu antri pak, bu, neng, mbak....”
Satu pengalaman yang mengandung pelajaran penting adalah bahwa sebagai penulis pemula kita harus lebih ekstra hati-hati untuk bekerjasama dengan salah satu penerbit. Jika ingin cepat-cepat selesai maka jangan menerima tawaran dari penerbit-penerbit yang ’sedikit santai’.
Ah, sudahlah, hari sudah siang, puasa lagi tak bagus mengeluh. Jadikan penantian ini sebagai sebuah kenikmatan besar, ada kerinduan penantian kehadiran novel perdana, layaknya seperti kita sedang menunggu saat-saat berbuka seperti hari ini. Hari ke-tiga di bulan Ramadhan tahun 2011. Dan semoga nanti novelku akan menjadi bacaan yang diminati masyarakan dan akan segera terbit, Novel yang menjadi santapan rohani bermanfaat bagi pembacanya nanti.
Sudah siang, yuuuk mari kita istirahat dulu, ngasoh di mushola....
Muntok, 3 Agustus 2011
Readmore »»
Tampilkan postingan dengan label Karya Seni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karya Seni. Tampilkan semua postingan
Selasa, 02 Agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)