Suatu hari, ada dua orang pemuda yang menemui seorang guru. Telah banyak guru yang mereka temui. Tapi semua memberikan pelajaran yang agak sulit mereka mengerti. Dan mereka berharap guru yang ini dapat memberi pelajaran sederhana dengan bahasa sederhana tapi bermakna sangat dalam.
"Assalamualaikum.."
"Wa alaikumsalam. Masuklah. Silahkan duduk. Maaf tak ada kursi. Semua duduk sama rendah, berdiri sama tinggi."
Kedua pemuda tersenyum mendengar ucapan sang guru. Mereka pun mulai merasa bahwa guru inilah yang mereka cari.
"Terima kasih, pak. Kami berdua ingin berguru pada bapak."
"Apa yang ingin kalian pelajari dariku? Aku hanya lelaki tua. Tak banyak ilmu yang kumiliki. Aku hanya akan mampu memberi kalian nasehat."
"Tidak apa-apa, pak. Bukankah ilmu bisa kita dapat dari siapa saja? Meski dari seorang anak kecil. Sebuah nasehat pun insyaallah akan sangat berguna bagi kami."
"Baiklah. Nasehatku pada kalian, bercerminlah pada 3 binatang yang
menjadi nama surat dalam Qur'an. Yaitu laba-laba, semut dan lebah.
Laba-laba adalah hewan yang sangat pandai. Ia mampu membangun rumahnya sendiri dengan sempurna dan sekaligus menjadi tempatnya menjebak mangsa. Tapi rumahnya sangat lemah. Diterpa panas dan hujan tak ada pelindungnya. Bila di dalam rumah, manusia sering mengusirnya, meski ia selalu kembali lagi. Manusia yang memiliki sifat seperti laba-laba, berarti ia adalah orang yang selalu melakukan kesalahan yang sama. Ia adalah orang yang selalu menuntut kesempurnaan dan tak segan menjebak orang lain yang sedang lengah ataupun lemah demi mendapatkan yang dia inginkan. Ia tidak punya inisiatif karena ia hanya menunggu datangnya makanan. Manusia seperti ini adalah manusia yang banyak angan-angan kosong."
Kedua pemuda tersenyum. Mereka sangat senang dengan penjelasan sang guru.
"Baiklah..lalu bagaimana dengan semut?"
"Semut adalah hewan yang tidak pernah berhenti mencari makanan, siang malam. Mereka tak peduli makanan yang mereka peroleh diambil dari tempat yang bersih ataukah kotor. Jika diusir mereka akan tercerai berai meski kembali lagi. Jika jalan mereka ditutup, mereka akan mencari jalan lain meski harus menempuh jarak yang jauh. Manusia yang memiliki sifat seperti semut, adalah manusia yang selalu sibuk mengejar dunia, tak peduli dari sumber yang halal atau haram. Jika gagal mereka akan mencari jalan lain untuk memperoleh dunia itu. Mereka adalah manusia yang tidak bisa dinasehati karena terbuai dengan nikmat dunia. Mereka bersatu jika ingin mendapatkan dunia. Tapi jika menghadapi masalah masing-masing lari menyelamatkan diri sendiri."
Kedua pemuda kembali tersenyum lebar. Mereka senang sekali dengan penjelasan sang guru.
"Baiklah, bagaimana dengan lebah?"
"Lebah selalu mencari makanan dari sumber yang terbaik. Mereka olah dengan cara yang baik. Dan hasil olahan mereka sangat baik meski bukan untuk mereka. Mereka hidup bersama saling melindungi. Bila diserang mereka melawan bersama-sama. Manusia yang seperti lebah adalah manusia yang mencari rezki dari tempat yang baik. Mereka manfaatkan rezki itu dengan baik, tidak berlebihan. Dan mereka gunakan rezki itu untuk membantu orang lain. Mereka selalu menjaga silaturahim, menjaga kebersamaan dan kesatuan. Apabila mereka diserang, mereka hadapi bersama-sama dengan kekuatan yang kokoh. Manusia seperti inilah yang dapat membangkitkan Islam lagi. Karena mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang sama akibat keserakahan mengejar dunia. Tapi mereka mengambil dan memberi manfaat yang terbaik ditujukan untuk kepentingan bersama."
Kedua pemuda tak lagi tersenyum. Mereka justru berlinang air mata mendengar penjelasan terakhir sang guru. Mereka begitu sedih karena mereka hidup di lingkungan laba-laba dan semut..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar