Selasa, 24 Februari 2009

DAWAI PERINDU

Manusia mencoba memandang yang tiada terlihat
Akan meraba nuansa semu
Manusia menggantung, menendang kerikil tajam
Menuju kebahagiaan hakiki, petuah masa tiada terhenti

Mungkin senyumku hambar terlihat
Namun hatiku menyimpan segunung tawa
Mungkin kakiku lumpuh dipandang masa berlapis baja waktu
Besok, lusa dan bendungan itu akan tetap bertahan
Merayap, menembus batas takdir kehidupan
Aku terbang, merangkak berjalan dan kembali berlari
Merentas waktu dan kesakitan
Tinggalkan luka kehidupan
Singkirkan kerikil-kerikil tajam penghalang

Siluit seirama menantang bulan, langit tetap bisu mengabaikan
Berkali-kali kurengkuh dawai cinta bersama nyanyian burung perindu
Mengekor singgasana yang akan bertahta di hati
Tak ada yang menarik perhatianku
Namun terlihat olehku
Induk siamang meringkuk kedinginan di bawah pohon lapuk
Lapuk termakan usia dan waktu damai
Tertaut hatiku untuk memeluk alam
Alam yang seringkali menertawakan manuasi menangisi kehidupan
Sahabat, aku datang tuk hangatkan hatimu yang beku
Aku hadir tuk selimuti dinginnya asamu
Aku ingin membuka mata sayupu menatap hari esok
Hari penuh canda dan harapan
Selangkah helaian benang berjatuhan tiada tersirat untuk menaungi hatimu
Tak tersirat rasa itu hingga kemarin
Walau kau coba tuk paksakan
Namun, menatap tegarnya benteng pertahan cintamu
Cintamu yang menggenggam karang kerinduan
Hempasan ombak kasih terbelenggu
Aku luntur hari ini
Aku ingin menggamit putihnya kasihmu
Singkirkan kerikil dan debu jalanan itu
Sahabat, member bukan berarti pengaharapan
Untuk cinta dalam dawai perindu
Dawai perindu dengan syair cinta yang merdu

21 Februari 2009


Semua kisah, cerita cinta dan cita kutulis di sini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar